The Power of Memoir

Menulis memoar memungkinkan kita untuk bercakap-cakap dengan diri sendiri, menuntun kita untuk lebih mengenali diri sendiri secara lebih mendalam.

Saya teringat beberapa waktu silam ada seorang guru yang mengikuti program penulisan memoar yang kami selenggarakan. Guru tersebut menghadapi pengalaman traumatis dalam rumah tangganya hingga menyebabkan gejala psikologis yang cukup serius; badan kurus, sering marah-marah, dan berbagai gejolak emosional. Bahkan beberapa kali beliau sempat keluar masuk rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

Anaknya yang kebetulan mengetahui ada program penulisan memoar menyarankan ibunya untuk megikuti program tersebut. Di setiap kesempatan, beliau berusaha untuk meluangkan waktu menulis memoar, menuangkan segala isi hatinya ke dalam tulisan. Rutinitas tersebut beliau lalui hingga kurang lebih sekitar satu tahun. Sepertinya beliau menemukan kenyamanan dalam menjalani prosesnya.

Hingga akhirnya saat saya bertemu beliau lagi, terlihat perbedaan yang lebih positif dari sosok beliau. Badan terlihat lebih segar dan semakin terawat. Bahkan beliau tidak lagi keluar masuk rumah sakit untuk memeriksakan diri. Menurut penuturan anaknya, beliau tidak lagi marah-marah ataupun meluapkan emosi sembarangan. Ada perubahan yang cukup signifikan dari dalam diri beliau.

Suatu waktu sang anak datang ke tempat saya dan menyampaikan rasa terima kasih atas program penulisan memoar yang ternyata memberikan dampak positif kepada ibunya. Memoar berhasil memberikan manfaat yang tak ternilai bagi beliau. Memoar memberikan kesempatan kepada beliau untuk melihat ke dalam diri dengan lebih baik. Memoar berhasil membuat beliau kembali mencintai diri sendiri, terlepas dari trauma yang pernah beliau rasakan. Itulah salah satu pengalaman tak terlupakan yang pernah saya saksikan sendiri. Saya sangat bersyukur telah membuktikan bahwa memoar yang seringkali dianggap sepele memiliki kekuatan yang luar biasa. Jauh dari apa yang saya bayangkan sebelumnya.

Mengapa Menulis Memoar?

Memoar itu sendiri merupakan sebuah personal story, penggalan kisah hidup yang kita tulis menjadi sebuah tulisan. Berbeda dengan biografi yang lebih fokus pada pemaparan pengalaman hidup, memoar hanya mengambil secuil pengalaman-pengalaman tersebut dan menceritakannya secara mendalam. Seperti misalnya memoar tentang pengalamaan saat bekerja di bank, pengalaman saat merasakan jatuh cinta atau patah hati, atau pengalaman ketika menempuh pendidikan tinggi. Tema tersebut merupakan penggalan dari kisah hidup yang jauh lebih luas, kompleks, dan bervariasi. Namun, meskipun hanya sebuah penggalan kisah hidup, memoar pada dasarnya dapat diceritakan dengan sangat mendalam.

Menulis memoar memungkinkan kita untuk bercakap-cakap dengan diri sendiri, menuntun kita untuk lebih mengenali diri sendiri secara lebih mendalam. Dengan mengenali diri, kita bisa menjadi tahu kelemahan dan kelebihan yang selama ini kita miliki tetapi tidak kita sadari. Kelemahan menyadarkan kita untuk mengevaluasi diri, kelebihan memungkinkan kita untuk memperjuangkan dan mengembangkan potensi yang selama ini telah kita miliki. Maka benar apa yang disampaikan oleh Socrates bahwa mengenali diri merupakan awal dari kebijaksanaan.

Terlebih lagi jika kita pernah merasakan pengalaman masa lalu yang suram atau sedang merasakan ujian yang berat. Ketika tidak ada teman, sahabat, keluarga, atau pasangan hidup untuk curhat sehingga kita merasa harus memendam masalah tersebut sendiri, memoar menjadi tempat yang ideal untuk mencurahkan isi hati. Kita dapat mencurahkan segalanya melalui memoar hingga perasaan yang kita rasakan terasa lega. Tidak heran salah satu metode yang sering digunakan oleh psikolog kepada pasiennya adalah menulis. Tulisan seperti itulah yang biasanya terasa lebih jujur dan menyembuhkan karena langsung berasal dari curahan hati yang paling dalam.

Memang menulis memoar tidak bisa menjadi jaminan 100% hasil materi, dalam artian memoar tidak menjamin memberikan kekayaan, walaupun sah-sah saja memiliki keinginan untuk meraih materi dari menulis memoar. Namun, menulis memoar sangatlah bisa untuk memenuhi kebutuhan batin. Apalagi dampak dari memoar itu pun lama. Meskipun spektrumnya lambat, tetapi daya jangkau dan pengaruh memoar sangatlah besar. Oleh karena itu, mengingat betapa memoar memiliki kekuatan tersendiri yang tidak kita bayangkan sebelumnya, saya rasa kebiasaan menulis (dan tentunya membaca) memoar perlu dilestarikan, dirawat, dan dieksplorasi bersama dengan kerja kolektif dan kolaboratif agar memberikan dampak yang jauh semakin besar.

Ngadiyo
Aktivis Komunitas Menulis Memoar