Mewujudkan Pendidikan Unggul Dimulai dari Diri Sendiri

Ada tiga pilar utama yang menjadi penentu kualitas sebuah sekolah. Yang pertama adalah lembaga pendidikan yang mengelola sekolah tersebut, yang kedua adalah anak didik, dan yang ketiga adalah orangtua.

Berbicara tentang pendidikan, apalagi pendidikan di Indonesia, pikiran kita secara otomatis akan membayangkan sebuah lembaga pendidikan. Sekolah pun menjadi lembaga yang paling sering kita anggap bertanggung jawab saat membayangkan sebuah kata “pendidikan” tersebut. Namun, apakah benar pendidikan hanya terbatas pada lingkup sekolah saja? Apakah pendidikan hanya milik mereka yang berseragam dan duduk di bangku sekolah? Apakah tanggung jawab pendidikan di Indonesia murni dikelola oleh sekolah saja?

Ada tiga pilar utama yang menjadi penentu kualitas sebuah sekolah. Yang pertama adalah lembaga pendidikan yang mengelola sekolah tersebut, yang kedua adalah anak didik, dan yang ketiga adalah orangtua. Tiap pilar memiliki perannya masing-masing yang menentukan perkembangan sekolah tersebut. Lembaga sekolah berperan meningkatkan sumber daya manusia yang ada di dalamnya, sehingga tercipta para pelaku pendidikan yang unggul, bertanggung jawab, dan berorientasi pada pertumbuhan anak didik. Anak didik wajib mempersiapkan diri untuk memiliki mental yang baik dalam menerima pendidikan dan transfer ilmu yang diberikan oleh sekolah. Kemudian orangtua turut berperan dalam mendukung kegiatan sekolah dan juga pertumbuhan anaknya. Ketiga elemen tersebut sangatlah penting dan tidak bisa diabaikan saat berbicara tentang pendidikan.

Saya pun sebagai orangtua menyadari betul dan berusaha untuk mengoptimalkan peran saya sebagai bagian dari pilar sekolah tersebut. Sebisa mungkin saya aktif terlibat dalam kegiatan sekolah dan menjadi pendukung dalam perkembangan pendidikan anak. Mau tidak mau hal ini mendorong saya untuk terus meningkatkan kapasitas diri agar menjadi orang tua yang berilmu, karena saya meyakini bahwa anak-anak pun berhak mendapatkan orangtua yang pintar. Orangtua yang pintar dan berilmu tentu mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat dan sesuai dalam perjalanannya mendidik dan membimbing anak-anaknya.

Banyak cerita yang saya ketahui tentang orang tua yang kurang terlatih sebagai “orangtua pendukung anak”. Mereka secara tidak sadar malah berpotensi merusak tatanan yang telah dibuat oleh lembaga pendidikan maupun anak sendiri. Mereka malah secara tidak langsung menjadi musuh bagi sekolah. Bahkan mereka berpotensi memberikan pengaruh yang buruk kepada anak. Inilah yang menjadi salah satu penghambat kemajuan pendidikan. Inilah yang tentu perlu menjadi perhatian kita bersama. Setidaknya ini dapat menjadi alasan kita sebagai orang tua untuk ikut bertumbuh, belajar, dan berperan menjadi orangtua yang suportif. Apabila mencita-citakan pendidikan yang maju, mau tidak mau kita pun perlu untuk berbenah diri. Kita perlu untuk terus belajar dan berkolaborasi.

Selain itu, lingkungan pun turut berperan dalam membentuk karakter anak. Ada ungkapan populer yang sering sekali saya dengar dan yakini: apabila ingin mendidik anak-anak kita menjadi baik, didiklah satu kampung menjadi baik. Dengan aktif menjadi bagian dari komite sekolah, secara tidak langsung kita sedang mendidik sebuah kampung, yakni lingkungan di mana anak-anak kita berinteraksi satu sama lain. Setidaknya kita dapat memastikan bahwa teman-teman dari anak-anak kita pun akan ikut terdidik. Lingkungan yang kita bangun diharapkan menjadi kondusif dan berdampak positif bagi perkembangan anak kita nantinya.

Pendidikan pada akhirnya tidak hanya terbatas pada mereka yang saat ini sedang menempuh bangku sekolah saja. Pendidikan adalah hak dan kewajiban semuanya. Inilah modal utama kita untuk dapat bergerak dan menghasilkan sesuatu. Dari pendidikanlah kita akan mampu berkontribusi dan memberi manfaat, tidak hanya untuk umat manusia saja, tetapi juga untuk alam semesta, dan bahkan kepada Sang Pencipta.

dr. Nadjibah Yahya, Dipl. CIBTAC, M.Pd.I
Ketua Kosaf PYP & MYP Al Firdaus