Fashion Ternyata Mempengaruhi Mood dan Produktivitas, Lho

Pemilihan pakaian mencerminkan identitas diri, meningkatkan rasa kepercayaan diri, dan memancarkan energi dari orang yang memakainya.

Menggunakan pakaian telah dilakukan sejak zaman manusia purba. Pada masa itu, manusia menggunakan kulit atau bulu dari hewan untuk berpakaian. Ada juga jenis manusia purba yang menggunakan tumbuhan untuk berpakaian seperti yang biasa kita lihat di film Tarzan. Seiring perkembangan pemikiran manusia, cara berpakaian pun mulai berkembang. Pakaian yang awalnya hanya digunakan sebagai penutup alat vital berkembang menjadi beragam fungsi. Pakaian menjadi pelindung diri dari cuaca yang berubah-ubah, penunjuk strata sosial di masyarakat, hingga peningkat kecantikan diri.

Tentu saja fashion di setiap era memiliki gayanya masing-masnig yang berbeda satu sama lain. Perkembangan fashion mulai terlihat setelah perang dunia pertama, dipelopori oleh Amerika Serikat yang disebut sebagai trendsetter fashion dunia. Di era ini, pakaian seperti kemeja, baju, jaket, celana, dress, blazer, dan bahkan topi mulai banyak digunakan. Walaupun jenis pakaian yang digunakan beragam, tetapi warna yang tersedia masih sangat terbatas. Pakaian yang ada di pasaran umumnya dijual dengan warna-warna monokrom yang terkesan kusam. Warna-warna seperti itu sekaligus menjadi penanda bahwa banyak orang yang hidup kekurangan di era tersebut. Selain itu warna tersebut juga menggambarkan rasa duka dan kesedihan karena perang dunia pertama yang menelan banyak korban jiwa.

Memasuki tahun 2020, gaya fashion tidak sekadar difungsikan untuk berpakaian saja, tetapi menjadi ajang unjuk kreativitas seseorang dalam mencocokkan pakaian yang mereka miliki. Adanya pengaruh media sosial juga membuat industri mode semakin terbuka dengan akses dari berbagai tren global. Setiap individu mempunyai kebebasan untuk mengeksplorasi gaya yang unik dan di luar batas konvensional.

Pakaian Mempengaruhi Mood

Gaya berpakaian mempunyai dampak terhadap mood dan produktivitas seseorang. Pemilihan pakaian mencerminkan identitas diri, meningkatkan rasa kepercayaan diri, dan memancarkan energi dari orang yang memakainya. Menggunakan pakaian yang nyaman mampu memberikan dorongan positif yang membuat mood menjadi lebih baik. Dalam konteks produktivitas, pakaian yang dipilih dengan benar dapat membuat seseorang menjadi profesional dan fokus pada apa yang sedang dikerjakan. Dengan kata lain mereka hanya akan sibuk mengurusi pekerjaan tanpa harus memikirkan pakaian mereka yang tidak sesuai.

Pakaian berwarna cerah menjadi alternatif untuk tampil lebih produktif dan menjaga mood agar tetap stabil. Beberapa contohnya seperti kuning, oranye, dan merah yang memberikan kesan semangat dan gembira. Sementara warna biru atau hijau memberikan kesan tenang, nyaman, dan relaks. Sedangkan pakaian bergambar atau bermotif seperti batik dapat memberikan perasaan terinspirasi dan kreatif bagi pemakainya.

Bisa dibilang aspek sosial seringkali menjadi pemicu bagaimana seseorang merasa tidak nyaman dengan apa yang mereka pakai. Fenomena yang terjadi saat ini adalah seseorang seringkali berpakaian karena terdorong oleh keinginan untuk menyesuaikan dengan apa yang sedang populer. Padahal belum tentu apa sedang populer itu cocok dipakai olehnya. Apa yang bagus di mata orang lain belum tentu bagus bagi diri sendiri.

Oleh karena itu, agar tidak terjebak dalam permasalahan tersebut, sadari sejak awal bahwa lebih baik menggunakan pakaian yang nyaman dipakai daripada berpakaian hanya untuk mengikuti tren sosial. Namun, tetap perhatikan bahwa pakaian yang dikenakan tidak menyalahi konteks sosial yang ada. Hal ini pastinya tidak akan membuat mood terganggu karena kita sudah berdamai dengan jalan yang kita pilih.

Dengan memahami hubungan antara fashion, mood, dan produktivitas, seseorang akan lebih sadar dalam memilih atau membeli pakaian yang akan mereka kenakan. Mereka akan lebih bijak dalam berpakaian dan mampu memperkenalkan tren gaya berpakaian sebagai identitas diri, bukan hanya sebagai upaya mengikuti tren. Sehingga pengalaman positif dalam beraktivitas dapat terwujud. So, berpakaian dengan tujuan “menjaga mood dan produktivitas” tidak menjadi halangan untuk tetap tampil trendi dan fashionable. Bahkan cara ini bisa menjadi gerbang awal agar orang-orang mulai menyadari bahwa menyeimbangkan fashion, style, dengan preferensi kenyamanan diri sendiri itu penting dan sangat berpengaruh dalam hidup.

Oleh Marsha Khairani Awanda Nugroho

Marsha Khairani Awanda Nugroho

Halo nama saya Marsha Khairani Awanda Nugroho, biasa dipanggil Marsha/Wanda. Saya berusia 20 tahun dan sedang menempuh pendidikan di UIN Raden Mas Said Surakarta. Saya lahir di Surakarta tetapi besar di Wonogiri. Hobi saya adalah mendengarkan musik, membaca komik/manga, dan menonton film, vlog, atau podcast.