Global Mindset sebagai Upaya Menghadapi Tantangan Digital

Memiliki pola pikir global diharapkan akan menghindarkan individu dari jebakan peribahasa ‘seperti katak dalam tempurung’.

Internet dan sosial media seolah-olah membuka tabir yang selama ini menutupi akses seseorang dari sesuatu di luar dunianya. Media daring seakan menjadi jendela yang bisa digunakan untuk melihat apa yang saat ini sedang terjadi secara langsung alias real time. Media internet telah membuka sekat atau batas wilayah, menciptakan peluang-peluang baru di dunia digital tanpa terbatasi jarak dan waktu.

Kemajuan teknologi tersebut menjadi kesempatan sekaligus tantangan yang harus dihadapi. Salah satu dampak yang terjadi dari fenomena ini adalah semakin ketatnya persaingan, tidak hanya di bidang industri ataupun bisnis, tetapi aspek kehidupan lain seperti budaya, pendidikan, dan juga pekerjaan. Seseorang tidak lagi berhadapan dengan kompetitor yang ada di kota maupun negaranya saja, tetapi juga berhadapan dengan mereka yang berasal dari negara yang berbeda. Yang pasti, mereka memiliki kemampuan berteknologi yang jauh berbeda. Sebagai upaya menghadapi tantangan tersebut, pada akhirnya kita dituntut untuk memiliki pola pikir level global atau global mindset.

Global mindset merupakan kemampuan menangkap informasi, baik budaya, nilai, atau pun sudut pandang masyarakat global, kemudian mengolah informasi tersebut agar memberikan dampak yang positif dan bermanfaat. Global mindset sangatlah dibutuhkan di era digital seperti sekarang agar seseorang dapat memanfaatkan perkembangan teknologi, beradaptasi dengan perkembangan zaman, serta berkomunikasi dan berkolaborasi dengan masyarakat dunia.

Menumbuhkan Global Mindset 

Adapun yang perlu dipenuhi untuk meng-install global mindset tersebut antara lain academic capital, psychological capital, dan juga social capital. Academic capital berkaitan dengan akumulasi pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan kognitif dalam mencapai tujuan akademis, seperti berpikir kritis, menulis, atau melakukan research. Kemampuan ini membantu individu untuk terbiasa mengerjakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Misalnya mengerjakan sebuah penelitian yang berpijak dari problem nyata di masyarakat akan memberikan hasil penelitian yang dapat membantu pembuatan kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Untuk mendukung kemampuan akademis, dibutuhkan pula kondisi psikologis yang stabil, seperti misalnya rasa percaya diri (tidak minder) saat bertemu dengan orang asing dari negara yang berbeda dan dengan merasa yakin dengan kemampuan diri sendiri. Psychological capital sangatlah penting karena berkaitan dengan karakteristik positif dalam bersikap saat dihadapkan dengan tantangan. Lebih lanjut, psychological capital sangatlah mendukung individu dalam menetapkan tujuan, membangun keyakinan dalam menyelesaikan tugas, menghadapi kesulitan dan stres, serta menatap secara optimis ketidakpastian di masa depan.

Berikutnya adalah social capital yakni kemampuan yang berkaitan dengan upaya bersosialisasi, berkomunikasi, dan juga berdiplomasi. Kemampuan ini tidak sekadar penting digunakan dalam ranah bisnis maupun industri, tetapi juga di bidang pendidikan, komunitas, dan masyarakat. Kemampuan ini berperan dalam medukung kerjasama dan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Melalui kemampuan ini, individu diharapkan dapat saling berbagi informasi dan mengakses peluang baru dari adanya kerja sama dan kolaborasi tersebut. Misalnya apabila ingin melakukan suatu penelitian, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang sedang melakukan penelitian yang sama di luar negeri. Kolaborasi pun terwujud sehingga tujuan penelitian tercapai.

Memiliki pola pikir global atau global mindset diharapkan akan menghindarkan individu dari jebakan peribahasa ‘seperti katak dalam tempurung’, yakni individu yang sempit wawasan atau pandangan hidupnya karena keterbatasan pengalaman atau pengetahuan. Individu seperti itu kurang terbuka dengan ide dan pengalaman baru, merasa cukup hanya dengan apa yang mereka ketahui, dan tidak bersedia melihat pengetahuan baru di luar lingkupnya. Global mindset diharapkan menjadi sarana bagi seseorang agar mampu beradaptasi di era digital seperti sekarang. Mereka yang mampu beradaptasi tentu memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk menemukan peluang baru yang berdampak positif tidak hanya bagi kehidupannya, tetapi juga orang lain.

Dr. Sutanto, S.Si., DEA
Dosen Universitas Sebelas Maret dan pengajar Univ. Pendidikan Sultan Idris (Malaysia), Univ. Malaysia Sabah (Malaysia), Univ. de La Rochelle (Prancis)