Mengapa Boba Lebih Populer daripada Cendol dan Cincau untuk Gen Z

Image by HIROAKI KANEDA from Pixabay
Mengapa boba bisa sangat populer di Indonesia? Padahal ada minuman lain yang memiliki kemiripan dengan boba seperti es cendol dan es cincau.

Membahas tentang kuliner tak akan pernah ada habisnya. Perkembangannya tidak kalah dengan teknologi, semakin berinovasi, semakin beragam, dan semakin merogoh kantong kita lebih dalam. Sekarang ini kuliner adalah topik pembahasan yang menarik bagi semua kalangan. Review makanan di media televisi maupun internet pun semakin banyak, beragam, dan menggila. Wajar jika akhirnya produsen makanan berlomba-lomba menciptakan sesuatu yang unik, berbeda, dan belum pernah ada sebelumnya, tidak hanya agar menarik konsumen tetapi juga perhatian media.

Makanan dan minuman yang unik, baik dari segi nama, visual, dan rasa akan membuat orang penasaran mencobanya. Salah satu minuman yang berhasil menarik perhatian banyak orang adalah boba. Boba merupakan bola-bola kecil yang dibuat dengan tepung tapioka yang diolah dengan gula merah atau brown sugar sehingga menciptakan sebuah cita rasa yang manis. Bentuk dan tekstur boba mirip dengan mutiara, tetapi lebih kenyal dan besar.

Ada sejarah yang cukup unik dari kemunculan boba ini. Boba berasal dari Taiwan dan merupakan isian milk tea. Boba adalah upaya salah satu pemilik kedai di Taiwan untuk menarik anak-anak muda di sana agar minum teh. Taiwan memang terkenal dengan tradisi minum tehnya, sayangnya tren minum teh cenderung menurun di kalangan generasi muda. Keberhasilan milk tea isi boba pun menjadi penyelamat tradisi minum teh di Taiwan untuk tetap lestari. Hingga akhirnya boba pun berkembang menjadi isian makanan lain selain teh, mulai dari kopi hingga dessert. Bahkan negara-negara lain pun tertarik untuk melirik boba beserta varian-variannya.

Di Indonesia, boba mulai populer sekitar tahun 2000-an. Eksistensinya dengan mudah menarik perhatian banyak orang. Selain rasanya yang memanjakan lidah, sensasi kenyal yang diberikan boba berhasil menambah daftar peminat minuman. Keberadaannya yang mudah ditemui dengan harga yang cukup terjangkau membuat minuman ini digemari oleh kaum muda. Saking populernya boba, banyak cafe dan bakery yang mulai menambahkan boba ke makanan yang mereka jual agar pembeli tertarik membelinya. Hingga sekarang pun boba masih menjadi minuman yang banyak digemari oleh anak-anak muda.

Boba vs Cendol dan Cincau

Mengapa boba bisa sangat populer di Indonesia? Padahal di Indonesia sendiri ada minuman lain yang memiliki kemiripan dengan boba seperti es cendol dan es cincau. Keduanya juga mempunyai tekstur yang tidak kalah menarik dibandingkan boba. Cendol bertekstur kenyal tetapi tidak sulit dikunyah, berbeda dengan boba yang sangat kenyal sehingga perlu upaya ekstra untuk mengunyahnya agar mampu dicerna tubuh. Cincau bertekstur seperti jeli, ada yang padat, ada juga yang lembek. Dari segi warna, cendol berwarna hijau sedangkan cincau berwarna hijau gelap atau hitam.

Jenis cendol dan cincau pun berbeda di setiap wilayah di Indonesia. Di beberapa daerah, cendol biasa dipadukan dengan buah-buahan seperti nangka dan durian agar aromanya lebih menggugah selera. Sedangkan untuk cincau biasanya disajikan dengan santan dan gula merah disertai dengan mutiara. Namun, seiring berjalannya zaman, cincau mengalami perkembangan dengan penyajian yang dipadukan dengan kopi dan susu.

Lalu mengapa cendol dan cincau yang merupakan minuman khas Indonesia bisa dikalahkan pamornya oleh minuman dari negara lain? Salah satu alasan yang paling dasar adalah varian rasa yang ditawarkan. Daya tarik boba adalah varian rasanya yang beragam, mulai dari teh, susu, kopi, dan bahkan buah-buahan. Sedangkan cendol dan cincau biasanya hanya diolah dengan memadukan santan dan gula merah saja sesuai dengan tradisi. Rasa yang dihasilkan cendol dan cincau pun menjadi terbatas. Keterbatasan inilah yang menjadikan cendol dan cincau kurang bervariasi. Kurangnya variasi pastinya membuat anak-anak muda cepat bosan.

Namun, keterbatasan seperti itu tidak sepenuhnya negatif. Keterbatasan inilah yang malah membaut cendol maupun cincau terasa khas. Keterbatasan inilah yang menjadikan cendol, “cendol”, dan menjadikan cincau, “cincau”. Saat tren teh boba di Indonesia semakin memudar, eksistensi cendol dan cincau pun masih tetap ada. Kekhasan dari rasa itulah yang sampai saat ini dicari konsumen.

Selain varian rasa, platform media sosial ternyata ikut bertanggung jawab memberikan dampak penting dalam menciptakan dan menyebarkan kegilaan boba. Estetika visual dari minuman boba, ditambah dengan pengaruh influencer yang berbagi kecintaan mereka terhadap minuman ini menjadikan boba sensasi di media sosial. Boba pun berhasil memposisikan dirinya sebagai minuman yang trendi dan digemari oleh banyak orang. Kemasannya yang modern, tempat penjualannya yang menarik atau estetik, serta pemberian promo pada produk memberikan kombinasi inovatif yang mengakomodasi preferensi generasi muda. Lain halnya dengan cendol dan cincau yang biasanya hanya dinikmati di pinggir jalan, pasar, atau pemukiman warga, dengan visual produk yang biasa saja. Pasarnya pun terbatas hanya pada masyarakat yang ada di lingkungan tersebut.

Anak-anak muda saat ini pun mulai sadar dan berani menentukan sendiri takaran dari minuman yang ingin mereka minum. Boba pun menyediakan pilihan tersebut sesuai kebutuhan dan keinginan mereka. Biasanya pembeli dapat memilih kadar gula, es, dan pilihan jenis susu dari boba yang ingin mereka minum sesuai keinginan. Berbeda dengan cendol atau cincau yang sudah memiliki takaran sendiri.

Alasan terakhir adalah tren global membuat boba melewati batas-batas budaya. Perpaduan yang terkandung dalam boba dengan mudah diterima oleh negara-negara lain. Lain halnya dengan cendol dan cincau mungkin akan lebih sulit diterima secara global karena rasanya yang hanya bisa dinikmati oleh masyarakat di wilayah tertentu.

Harus kita akui bahwa alasan-alasaan tersebut berhasil mempopulerkan boba dan menjadikannya minuman yang digandrungi generasi muda. Namun, sebagai warga Indonesia yang memiliki tradisi minumannya sendiri, selayaknya kita memiliki kesadaran untuk mempopulerkan cendol dan cincau layaknya boba. Apabila cendol dan cincau semakin populer di kalangan masyarakat kita, bukan tidak mungkin apabila kedua minuman yang hampir mirip dengan boba tersebut akhirnya dilirik oleh masyarakat internasional.

Oleh: Marsha Khairani A. N.

Marsha Khairani Awanda Nugroho

Halo nama saya Marsha Khairani Awanda Nugroho, biasa dipanggil Marsha/Wanda. Saya berusia 20 tahun dan sedang menempuh pendidikan di UIN Raden Mas Said Surakarta. Saya lahir di Surakarta tetapi besar di Wonogiri. Hobi saya adalah mendengarkan musik, membaca komik/manga, dan menonton film, vlog, atau podcast.