Workshop Penelitian bagi Guru dan Dosen untuk Mengembangkan Karier Profesi

Meskipun terkendala waktu dan administrasi, pada dasarnya kemampuan berpikir kritis dan analitis dapat diasaha melalui kebiasaan meriset.

Sabtu (11/3/2023), International Islamic Schools Alliance (ITTISAL) melalui Research & Development Division menaruh perhatian khusus terhadap pengembangan karier profesional guru dengan menyelenggarakan Workshop bertajuk “Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan Penelitian Naratif: Menuju Guru dan Dosen Peneliti Handal”. Kegiatan workshop yang diselenggarakan di meeting room Cerita Rasa, Pabelan, tersebut diisi oleh Prof. Handoyo Puji Widodo, M.A., Ph.D., seorang professor riset dari King Abdulaziz University, Saudi Arabia dan dosen luar biasa pada beberapa universitas di Indonesia. Tercatat ada 35 peserta dari kalangan guru, mahasiswa S1, S2, dan S3, tenaga kependidikan sekolah, serta dosen mengikuti kegiatan ini.

Handoyo menjelaskan beberapa kesalahan yang dipahami guru dan dosen terkait dengan penelitian tindakan. Menurutnya masih banyak yang memaknai Penelitian Tindakan Kelas hanya sebatas jumlah siklus dan perubahan nilai. Sebenarnya ada konteks yang jauh lebih luas dari sekadar jumlah siklus dan perubahan nilai saja. Oleh karena itulah, penelitian semacam ini dapat dilaksanakan oleh guru, kepala sekolah, dosen, laboran, dan tidak terbatas pada lingkup ruang kelas saja. Sementara itu, ada indikator lain yang juga bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan penelitian tindakan, antara lain perubahan pratik mengajar guru dan cara belajar siswa, perubahan pola pikir, dan perubahan kondisi.

Lebih lanjut, Handoyo memberikan sebuah perencanaan awal bagi seorang peneliti yang ingin mendesain penelitian tindakan, yakni dengan mempertimbangkan pertanyaa berikut ini. Apa yang menjadi perhatian peneliti? Mengapa peneliti menaruh perhatian tersebut? Menurut peneliti, apa yang bisa peneliti lakukan? Apa yang akan peneliti lakukan? Bagaimana peneliti akan mengumpulkan data dan bukti yang valid untuk menunjukkan bahwa intervensi peneliti mempengaruhi situasi? Bagaimana peneliti akan memastikan bahwa penilaian yang dilakukan oleh peneliti cukup adil dan akurat? Dan yang terakhir, apa yang akan peneliti lakukan?

Dinda, salah satu peserta worshop, memiliki kesan yang positif dengan kegiatan ini. Menurutunya materi yang disampaikan oleh narasumber mudah dimengerti oleh mahasiswa S1 semester 4 seperti dirinya. “Materinya berbobot, masih bisa aku pahami bagi aku yang gak pernah dapet materi kayak gitu,” jar mahasiswa Prodi Sosiologi ini. Peserta lain, Ambar juga menyampaikan hal yang serupa. “Ternyata tanpa sadar kita sudah melakukan penelitian tindakan. Tinggal bagaimana mengubah smart plan siswa menjadi laporan penelitian,” tambahnya saat merefleksi kegiatan.

Dalam sambutannya, Drajat Tri Kartono selaku Head of Research & Research dari ITTISHAL menyampaikan bahwa guru dan dosen pada dasarnya memiliki siswa, kelas, dan ruang lebih banyak yang dapat dimanfaatkan sebagai “laboratorium” penelitian. “Kemampuan berpikir kritis dan analitis bisa kita asah, salah satunya melalui kebiasaan meriset. Namun sayangnya, kendala waktu dan tugas administratif seringkali menjadi penghambat guru dan dosen untuk terjun langsung melakukan penelitian,” ungkapnya. Oleh karena itu, Drajat berharap para peserta dapat merealisikan rencana penelitiannya setelah selesai mengikuti Workshop bersama Handoyo. Pada akhir sambutannya Drajat pun turut mengajak peserta untuk bergabung mengembangkan jurnal ITTISHAL yang telah dipersiapkan untuk guru, dikelola oleh guru, dan dapat dimanfaatkan juga oleh para guru.